Kamis, 24 Juli 2008

Refleksi Sosial dan Harapan

(menyambut 63 tahun Indonesia Merdeka)

Firdaus ZA *)

Sebelumnya patut kita syukuri karena maha pencipta masih memberikan kesempatan kepada kita hingga dapat merayakan 63 tahun Indonesia Merdeka yang sebentar lagi kita peringati. Patut kita bangga masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas dan berkualitas hal ini dapat kita rasakan betapa carut marutnya penataan hukum dan aturan-aturan yang ada di negeri ini menerpa masyarakat kalangan bawah, akan tetapi kita masih dapat survive di era global seperti ini. Belum lagi sebagian generasi muda dapat memberikan citra yang baik dengan memenangi berbagai olimpiade sains, matematika, fisika, biologi di kancah internasional, walau tidak dapat dipungkiri masih banyak generasi muda yang mencari jati diri, tidak beraktivitas secara aktif dan tingkat kenakalan remaja yang masih tinggi.

Refleksi Kepemudaan

Menjelang 80 tahun hari sumpah pemuda dan menyongsong 63 tahun Indonesia Merdeka masalah kepemudaan menjadi permasalahan yang rumit. Bagaimana tidak persoalan-persoalan kemasyarakatan terjadi pada usia-usia produktif dimana pada umur di atas 15 tahun hingga 30 tahun adalah masa-masa pencarian jati diri, permasalahan-permasalahan yang timbul adalah tingkat kenakalan remaja yang tinggi, penggunaan narkoba di kalangan remaja, perilaku seks bebas, persaingan mencari lapangan kerja, masih menghantui Indonesia tercinta. Hal ini karena persoalan-persoalan pemuda belum menjadi konsentrasi yang maksimal oleh pemerintah. Walaupun konsentrasi kepada pendidikan masih dominan, namun pembentukan karakter kepada pemuda yang lebih spesifik sangatlah kurang. Dibukanya kran media dan pers di era reformasi menciptakan media-media dari berbagai modelnya yang menciptakan trend sendiri di kalangan pemuda sehingga mode-mode kekinian sangat cepat ditiru oleh kalangan muda. Fasilitas serba instan mulai dari makanan, telekomunikasi, internet, dan sebagainya sangat memudahkan aktivitas mereka bergerak tanpa harus susah payah. Namun hal ini berdampak sangat besar terhadap pola pikir pemuda. Secara global efek ini tidak dapat disalahkan, misalnya saja dalam persaingan telepon selular yang dulu merupakan fasilitas kelas atas, sekarang sudah banyak dinikmati oleh setiap kalangan tanpa mengenal kasta. Mulai siswa SD, SMP hingga Perguruan Tinggi sudah akrab dengan telepon selular. Berbagai promosi tentang layanan selular dengan harga murah sangat memacu pertumbuhan komsumsi pengguna selular. Hal ini merupakan faktor turunnya nilai kekerabatan antar anggota masyarakat. Karena faktor jarak tanpa batas dan dapat terhubung sewaktu-waktu. Akibatnya persoalan-persoalan riil yang menyentuh pada kondisi keluarga, tatap muka dan sifat-sifat kegotong royongan terasa sudah mulai menurun. Di kalangan siswa penggunaan selular yang terasa kurang penting menjadi konsumsi sehari-hari. Tema-tema penggunaan HP dilakukan tidak digunakan untuk hal-hal yang begitu penting, seperti gosip, fitnah, pacaran dan sebagainya. Beberapa permasalahan ini tidak dapat disalahkan. Siapa yang disalahkan?. Fenomena ini patut kita cermati dan pahami sebagai bagian dari problem sosial kekinian pada masyarakat. Bukan hanya terjadi di perkotaan bahkan di pedesaan sudah bukan barang baru lagi. Mode-mode yang cepat berkembang terasa cepat diterima karena adanya Televisi yang selama 24 jam hampir senantiasa hadir di hadapan kita. Program-program acara yang senantiasa menampilkan kekerasan, vulgarisme dan propaganda iklan selalu memenuhi otak kita. Arus informasi ini tidak dapat dibendung, arus informasi ini berjalan secara linier sesuai dengan kemajuan era informasi. Masyarakat hendaknya senantiasa mewaspadai setiap anggota keluarganya agar selalu bertindak, berbuat secara wajar sesuai norma-norma yang ada di masyarakat. Kebebasan pers pada era reformasi ini sungguh sangat dasyat, segala opini, wacana, hiburan dan informasi senantiasa dapat diakses secara cepat oleh masyarakat. Hanya satu cara untuk menghadang lajunya informasi ini, yakni perlunya setiap individu memilah-milah informasi yang baik, yang berguna dengan berbekal aqidah dan keimanan yang kuat.

Refleksi Sosial

Sosial masyarakat Indonesia yang majemuk dan heterogen sebenarnya sangat potensi untuk menjadikan negara ini maju dan bermartabat. Bagaimana tidak, kalau kita tinjau pada zaman Kerajaan Majapahit atau Kerajaan Sriwijaya negeri ini sudah pernah bersatu. Dengan adanya sumpah pemuda negeri ini semakin kuat dan bersatu, kalaupun itu ada friksi-friksi ini adalah akibat perpecahan yang disulut masalah SARA oleh beberapa oknum secara politis atau kepentingan sesaat. Masyarakat Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi lebih baik, dan potensi sosio kultural ini harus dibarengi oleh pemimpin-pemimpin daerah yang cakap dan cerdas yang paham akan masyarakatnya, sehingga melahirkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dan meningkatkan martabat masyarakatnya.

Harapan

Saya sebagai anggota masyarakat paling bawah senantiasa terus optimis kepada pemerintah dalam menangani berbagai persoalan di masyarakat, baik itu masalah kesehatan, pendidikan, pertanian, industri rumah tangga dengan harapan pemerintah dapat membuat kebijakan yang simbiosis mutualisme bukan kebijakan yang parasitisme yang menguntungkan sebagian pihak. Masyarakat kita sangat berpotensi untuk mandiri dan maju dan memerlukan sentuhan kebijakan-kebijakan yang arif dan konsisten sehingga masyarakat juga akan semakin optimis dengan pemimpinnya.


Tidak ada komentar: